Kemajuan teknologi telah membuat perubahan dan loncatan besar pada peradaban manusia, khususnya generasi masa kini. Handphone
adalah salah satu wujud dari daya ungkit peradaban manusia tersebut.
Peradaban manusia masa kini telah mengalami perubahan karakter yang
sangat drastis yang diakibatkan oleh kehadiran benda kecil hasil dari
kemajuan dan loncatan teknologi tersebut. Banyak kemudahan dan kemajuan
yang bisa dicapai berkat kehadiran handphone. Namun bak pedang bermata dua, kehadirannya juga disertai berbagai pengaruh negatif.
Manusia masa kini, entah tua, muda atau anak-anak kecil, semakin lekat dan mesra dengan handphone-nya masing-masing. Setiap saat, di mana-mana dan apapun yang terjadi, manusia semakin mesra dengan gadget-nya.
Bahkan dalam konteks ekstrim-pun, yaitu ketika menyetir mobil, masih
tetap ada orang yang melakukannya bersamaan dengan berkirim-kirim pesan
atau menelpon seseorang dengan ponselnya. Kesimpulannya, seperti sudah
dipaparkan diatas, ketiadaan handphone akan membuat seseorang kehilangan mood, kehilangan ketenangan, hingga ‘lepasnya separuh nyawa’.
Seperti inilah gambaran kehidupan rumah tangga yang istri atau suaminya selalu bermesraan dengan handphone.Tapi, sampai kapan kita terus bermesraan dengan handphone? Kebiasaan ini akan berdampak buruk suatu saat nanti ketika kita sudah berumah tangga. Mana yang lebih penting, anak, suami, istri atau ponsel kita?
Mah, ayo main boneka mah
Seorang psikolog Dr. Gary Chapman, dalam bukunya “Lima Bahasa Cinta” mengatakan
kita semua memiliki tangki cinta psikologis yang harus diisi. Lebih
tepatnya jika anak membutuhkan, maka orangtuanya yang sebaiknya mengisi.
Anak yang tangki cintanya penuh maka dia akan suka pada dirinya
sendiri, tenang dan merasa aman. Hal ini dapat diartikan sebagai anak
yang berbahagia dan memiliki “inner” motivasi.
Anak memiliki kebutuhan yang hanya bisa
dipenuhi oleh orang tuanya. Anak butuh mendapatkan rasa aman, butuh
penerimaan dan cinta, butuh untuk dikontrol. Namun bagaimana kebutuhan
ini terpenuhi jika orang tuanya, terutama ibunya selalu sibuk untuk BBM,
Chat, Line atau melakukan hal-hal apapun dengan handphone sepanjang waktu.
Pah, ajari aku menggambar mobil pah
Seorang ayah itu adalah teman yang paling asik bagi anaknya. Ayah adalah
sosok jagoan yang selalu bisa menyelesaikan kesulitan anak-anaknya.
Maka dari itu, anak sangat butuh perhatian ayah untuk sekedar
seru-seruan bermain. Ayah yang sibuk dengan dirinya sendiri tentu
meberikan efek menyedihkan untuk anaknya. Selama weekday, ayah
sudah banyak menghabiskan waktu di kantor. Anak jarang bisa bersendau
gurau dengan anak. Eh, giliran ayahnya sudah sampai di rumah, atau saat weekend, ayah tetap saja sibuk sendiri dengan handphone. Sedih kan!
Siapa suamimu, aku atau handphone itu?
Menurut Kerry Patterson, penulis
terlaris New York Times, empat dari lima orang percaya bahwa komunikasi
yang buruk memainkan peranan penting dalam terputusnya hubungan. Selain
itu, Therapist Nancy B. Irwin mengatakan bahwa konflik sering muncul
akibat dari komunikasi yang tidak tersalurkan, harapan yang tidak
terpenuhi atau niat yang terhalangi. Nah jelas kan, penggunaan handphone yang
tidak mengenal waktu juga akan mengganggu proses komunikasi antara
suami istri. Bisa-bisa kita lebih sering bermesraan dengan handphone daripada suami atau istri. Duh, kacau kan!
No comments:
Post a Comment