Jika stres
yang dialami tidak terlalu parah biasanya akan ditunjukkan dengan sering
menggigit-gigit kuku atau penampilan yang berantakan. Tapi jika stres yang dialami cukup parah ada kemungkinan timbul beberapa gejala, yaitu:
1. Tidak bisa tidur.
Keluhan yang paling umum dialami oleh ibu hamil adalah kekurangan waktu tidur karena banyaknya pikiran yang mengganggu sehingga ibu hamil sulit tertidur.
2. Sakit kepala.
Sakit kepala yang disebabkan oleh stres biasanya akibat otot di leher dan bahu yang kaku sehingga menyebabkan ketegangan di kulit kepala. Kondisi ini memicu terjadinya sakit kepala.
3. Perubahan nafsu makan.
Stres yang dialami saat sedang hamil bisa membuat seseorang tidak nafsu makan atau justru memiliki nafsu makan yang berlebihan, dan hal ini berbeda dengan ngidam.
1. Tidak bisa tidur.
Keluhan yang paling umum dialami oleh ibu hamil adalah kekurangan waktu tidur karena banyaknya pikiran yang mengganggu sehingga ibu hamil sulit tertidur.
2. Sakit kepala.
Sakit kepala yang disebabkan oleh stres biasanya akibat otot di leher dan bahu yang kaku sehingga menyebabkan ketegangan di kulit kepala. Kondisi ini memicu terjadinya sakit kepala.
3. Perubahan nafsu makan.
Stres yang dialami saat sedang hamil bisa membuat seseorang tidak nafsu makan atau justru memiliki nafsu makan yang berlebihan, dan hal ini berbeda dengan ngidam.
Stres yang muncul saat hamil bisa dipicu oleh
banyak hal, seperti perubahan hormon, kehidupan kerja yang tidak
kondusif, masalah keuangan, hubungan keluarga yang tidak harmonis atau
kecemasan dan ketakutan memikirkan proses melahirkan.
Ibu hamil jangan stres, mungkin ini dinilai sebagai omongan yang klise.
Tapi jangan anggap klise efek ibu hamil yang stres terhadap bayinya.
karena stres yang dialami ibu hamil bisa berdampak pada bayi yang
dikandungnya.
4. Gangguan pencernaan.
Meskipun saat hamil ada kemungkinan mengalami mual dan muntah akibat morning sickness, tapi stres yang ada juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, muntah atau diare.
Saat seseorang merasa stres, maka tubuh akan memberikan respons siaga untuk melindungi diri dari ancaman yang ada. Hal ini akan membuat organ-organ tubuh meningkatkan aktivitasnya sehingga hormon kortisol yang dihasilkan lebih besar. Hormon kortisol yang tinggi bisa menembus plasenta dan mempengaruhi pertumbuhan otak bayi, terutama daerah yang berfungsi mengendalikan stres.
"Kecemasan akibat tingkat kortisol yang tinggi pada akhir kehamilan bisa berpengaruh terhadap kehidupan anak-anak nantinya, terutama resiko atau gangguan psikologis," ujar psikolog Dr Thomas O'Connor, seperti dikutip dari Babyworld.co.uk, Kamis (5/8/2010).
Nah ini efeknya pada bayi jika ibu hamil mengalami stres yang cukup parah selama berminggu-minggu:
Meskipun saat hamil ada kemungkinan mengalami mual dan muntah akibat morning sickness, tapi stres yang ada juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, muntah atau diare.
Saat seseorang merasa stres, maka tubuh akan memberikan respons siaga untuk melindungi diri dari ancaman yang ada. Hal ini akan membuat organ-organ tubuh meningkatkan aktivitasnya sehingga hormon kortisol yang dihasilkan lebih besar. Hormon kortisol yang tinggi bisa menembus plasenta dan mempengaruhi pertumbuhan otak bayi, terutama daerah yang berfungsi mengendalikan stres.
"Kecemasan akibat tingkat kortisol yang tinggi pada akhir kehamilan bisa berpengaruh terhadap kehidupan anak-anak nantinya, terutama resiko atau gangguan psikologis," ujar psikolog Dr Thomas O'Connor, seperti dikutip dari Babyworld.co.uk, Kamis (5/8/2010).
Nah ini efeknya pada bayi jika ibu hamil mengalami stres yang cukup parah selama berminggu-minggu:
- Berisiko melahirkan bayi prematur.
- Bayi lahir dengan berat badan yang rendah.
- Anak yang dilahirkan berisiko mengalami hiperaktif atau ADHD.
- Gangguan dalam hal perkembangan dan pertumbuhan otak bayi.
- Bisa berisiko keguguran.
No comments:
Post a Comment